Rabu, 27 Juli 2011

PELEDAKAN ANAK² OLEH AS PICU REAKSI AFGHANISTAN

KABUL (Berita SuaraMedia) – Ribuan orang penduduk Afghanistan memprotes pembantaian terhadap anak-anak. Mereka meneriakkan kata-kata "matilah Amerika!". Aksi tersebut dilakukan menyusul kasus-kasus kontroversial yang didalangi oleh pasukan asing di Afghanistan.

Jenderal AS, Stanley McChrystal, telah memerintahkan pasukan AS untuk mempergunakan serangan udara dengan "bijaksana" dan menembak dengan "berhati-hati" untuk mengurangi jumlah korban dari kalangan sipil.
Namun, tetap saja ada banyak laporan mengenai pembantaian warga sipil. Kematian demi kematian tersebut menyulut bara amarah warga yang semakin tidak sabar dengan tidak becusnya pasukan koalisi untuk menghadirkan keamanan di Afghanistan.
Ada kekhawatiran bahwa masalah akan semakin memburuk karena 37.000 orang pasukan tambahan AS dan NATO mulai berdatangan di Afghanistan sebagai bagian dari penambahan kekuatan militer.
Presiden Hamid Karzai melontarkan kecaman mengenai kasus-kasus kematian tersebut – terkadang bahkan sebelum proses investigasi dirampungkan untuk menyimpulkan apakah yang tewas adalah warga sipil atau gerilyawan.
Dalam sebuah pertemuan denga para analis politik pada minggu ini, Karzai mengatakan bahwa dirinya akan menegaskan permasalahan tersebut dalam sebuah konferensi untuk membahas masalah Afghanistan yang berlangsung tanggal 28 Januari mendatang di kota London.
"Jika kalian tidak mempedulikan korban sipil, maka kalian tidak seharusnya berpikir mengenai kemenangan," kata Waheed Mozhdah, analis politik independen di Kabul yang menghadiri pertemuan tersebut, mengutip ucapan Karzai yang sedianya akan dikemukakan dalam forum di London.
PBB melaporkan bahwa 2021 orang penduduk sipil telah kehilangan nyawa dalam 10 bulan pertama tahun lalu.
NATO, yang juga mengakibatkan kematian penduduk sipil, mengatakan bahwa pasukan internasional mengakibatkan kematian 190 warga sipil tahun lalu dan melukai 344 orang yang tidak bersenjata. Namun, NATO mengatakan bahwa kelompok gerilyawan telah mengakibatkan kematian 1011 orang warga.
Tahun lalu, Jenderal AS Stanley McChrystal, pemegang tongkat komando di Afghanistan, memberikan perintah baru yang bertujuan untuk meminimalisir jumlah korban sipil. Ia mengatakan bahwa meski memberikan resiko bagi pasukan koalisi, mengasingkan populasi masyarakat Afghanistan justru menimbulkan resiko yang lebih besar, sehingga, dalam jurnal harian operasi militer pasukan koalisi seringkali dibuat kesimpulan yang berbunyi: "Tidak ada masyarakat sipil Afghanistan yang terluka dalam operasi militer ini."
Data pasti angka kematian seringkali diabaikan, kalah penting jika dibandingkan dengan persepsi publik Afghanistan.
Dalam pidato penutup di Dewan Keamanan PBB, dalam kapasitas sebagai kepala misi PBB di Afghanistan, Kai Eide pada hari Rabu lalu justru menuding bahwa jatuhnya korban sipil semakin membuat banyak warga yang bergabung dengan Taliban.
"Dalam konteks Afghanistan, jika satu orang di sebuah desa dapat dipengaruhi, maka apapun itu dapat mempengaruhi seluruh desa," katanya. "Saya merasa senang melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh Jenderal McChrystal untuk mengurangi terjadinya insiden semacam itu dan mendemonstrasikan rasa hormat yang lebih besar terhadap sensitivitas penduduk Afghanistan. Penambahan kekuatan militer akan membuat tantangan ini menjadi lebih sulit."
Pada hari Rabu lalu, sebuah ledakan dahsyat menghajar sekelompok anak-anak yang tengah berkerumun di sela-sela pasukan asing yang tengah mengunjungi proyek yang didanai AS di provinsi Nangarhar, sebelah timur ibukota Kabul. Para pejabat pemerintah Afghanistan mengatakan bahwa ada empat orang anak yang tewas, sementara NATO mengklaim hanya ada dua orang anak yang tewas.
Beberapa menit setelah ledakan, para penduduk setempat menuding pasukan AS telah melemparkan granat kepada kerumunan massa.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan kemudian merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa ledakan tersebut terjadi ketika kendaraan polisi yang tengah melintas melindas sebuah ranjau.
Namun, tetap saja, sekitar 5.000 orang pengunjuk rasa memprotes kematian yang diakibatkan oleh ledakan tersebut, demonstrasi tersebut digelar pada hari Kamis di sepanjang jalan antara Kabul dan Jalalabad di Nangarhar. Para pengunjuk rasa membawa yel-yel yang mengutuk serangan tersebut, mereka membakar patung Presiden Barack Obama dan meneriakkan "hidup Islam!" serta "matilah Obama!"
Kelompok Taliban Afghanistan mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis, mempertanyakan siapa yang membunuh para pelajar sekolah dan remaja di distrik Narang, provinsi Kunar, satu minggu sebelumnya.
Taliban merujuk pada kejadian pada penghujung bulan lalu, ketika pemerintah Afghanistan dan militer asing berdebat mengenai terbunuhnya 10 peduduk sipil dalam sebuah operasi militer di wilayah terpencil Kunar di sebelah timurr Afghanistan.
Karzai mengekspresikan kemarahan atas kematian tersebut, mengatakan bahwa ada delapan orang pelajar sekolah di antara para korban. Dia menunjuk sebuah tim untuk mengunjungi provinsi tersebut dan melakukan investigasi terhadap kematian tersebut. Peristiwa itu membuat ratusan orang penduduk Afghanistan menggelar protes dan meneriakkan semboyan "binasalah Amerika".
Tim investigasi melaporkan bahwa ada delapan orang pelajar dengan usia antara 12 hingga 14 yang turut kehilangan nyawa di sebuah rumah di desa tersebut.
NATO mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki bukti langsung untuk memberikan verifikasi terhadap klaim kematian warga sipil, namun mereka menyambut proses investigasi gabungan untuk mencapai "keputusan akurat dan adil" mengenai apa yang terjadi dalam serangan tersebut.
Peristiwa di Kunar tersebut merupakan tuduhan paling serius terhadap pembunuhan warga sipil secara sengaja oleh pasukan Barrat sejak awal Desember, ketika para pejabat pemerintah Afghanistan mengatakan bahwa ada 12 orang warga sipil yang terbunuh dalam serangan udara di provinsi Laghman.
NATO awalnya mengatakan bahwa tidak ada warga sipil yang terluka, apalagi terbunuh, namun beberapa hari kemudian, Letnan Jenderal David Rodriguez, pejabat kedua yang berwenang setelah McChrystal, mengatakan bahwa kematian penduduk sipil tersebut mungkin saja disebabkan oleh serangan dari pihak sekutu. Sebuah investigasi dilakukan menyusul terjadinya insiden tersebut, yang membuat 400 orang berbaris di Mehtar Lam untuk memprotes serangan tersebut.
Bulan Desember lalu, para pejabat pemerintah Afghanistan mengatakan bahwa sebuah serangan udara menjelang akhir bulan Desember yang dilakukan oleh pasukan internasional di provinsi Helmand telah menewaskan sejumlah warga sipil, dua orang anggota Taliban dan melukai seorang warga lainnya. NATO mengatakan bahwa pihaknya mengetahui adanya laporan tersebut dan tengah melakukan penyelidikan.
Masih pada bulan Desember, Karzai bertemu dengan para perwakilan penduduk dari provinsi Paktia yang mengecam terbunuhnya tiga orang warga sipil di provinsi sebelah timur Afghanistan tersebut pada bulan Desember. Pertemuan tersebut berlangsung di istana kepresidenan.


sumber
READ MORE - PELEDAKAN ANAK² OLEH AS PICU REAKSI AFGHANISTAN

Followers

free counters